Nama
Jurnal
|
Jurnal EMBA
|
Volume / Halaman
|
Vol. 4 No. 1 Maret 2016, Hal. 676-687
|
Judul
Jurnal
|
Analisis pengungkapan informasi aset keuangan berdasarkan
PSAK 60 pada PT. Bank Central Asia Tbk
|
Nama
Penulis
|
Monica Supriyadi dan Herman Karamoy
|
Tanggal
Jurnal
|
Maret 2016
|
Download
|
ANALISIS%20PENGUNGKAPAN%20INFORMASI%20ASET%20KEUANGAN
%20%20BERDASARKAN%20PSAK%2060%20PADA%20PT.%20BANK%20
CENTRAL%20ASIA%20TBK
|
Tujuan
Penelitian
|
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian
pengungkapan informasi aset keuangan Bank BCA dengan PSAK No. 60
|
Metode
Penelitian
|
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian dilakukana pada kondisi yang alamiah langsung ke
sumber data, pengumpulan data mnggunakan instrument penelitian, dan data yang
terkumpul berupa sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur
organisasi, aktivitas usaha, dan laporan keuangan yang terangkum dalam
laporan tahuhnan PT. Bank Central Asia Tbk
|
Variabel
Penelitian
|
Laporan posisi keuangan, Laporan laba rugi dan penghasilan
komperhensif lain dan sifat dan cakupan resiko yang timbul dari instrument
keuangan
|
Hasil
Penelitian
|
Secara umum, PT.
Bank Central Asia Tbk telah menerapkan PSAK No. 60 tentang pengungkapan
instrumen keuangan. Dalam PSAK ini diatur bagaimana pengungkapan instrumen
keuangan dalam laporan keuangan. PSAK 60 (2014) mensyaratkan pengungkapan
mengenai instrumen keuangan yaitu aset dan liabilitas keuangan pada Laporan
Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan. Pengungkapan yang dilakukan BCA mengenai aset keuangan dan
liabilitas keuangan yang diungkapkan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Laba Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan Keuangan menjelaskan
bagaimana kategori aset dan liabilitas keuangan tersebut diukur dan bagaimana
pendapatan dan beban, termasuk laba dan rugi atas nilai wajar (perubahan
nilai wajar instrumen keuangan) diakui. PSAK 60 mensyaratkan setiap poin-poin
yang harus diungkapkan mengenai instrumen keuangan dalam laporan keuangan.
Bank BCA telah mengungkapkan setiap poin-poin dan terdapat beberapa poin yang
belum diungkapkan secara jelas oleh perusahaan. Bank BCA tidak mengungkapkan
instrumen keuangan majemuk dengan beberapa derivatif melekat, gagal bayar dan
pelanggaran, dan akuntansi lindung nilai dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK) perusahaan.
PSAK 60
mensyaratkan pengungkapan mengenai gagal bayar dan pelanggaran, yaitu rincian
gagal bayar selama periode, jumlah tercatat pinjaman diterima yang mengalami
gagal bayar pada akhir periode pelaporan, dan perbaikan gagal bayar atau
negoisasi ulang sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit. BCA
mengungkapkan jumlah pinjaman yang diterima mengenai kredit likuiditas dari
BI masih dalam proses penutupan perjanjian dan pinjaman dari bank-bank lain
yang akan jatuh tempo tahun 2015 pada akhir periode 31 Desember 2014 dan 2013
dijaminkan dengan piutang pembiayaan konsumen. PSAK 60 mensyaratkan entitas
mengungkapkan setiap jenis lindung nilai yang dideskripsikan dalam PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (yaitu lindung nilai atas nilai
wajar, lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai atas investasi neto
pada kegiatan usaha luar negeri). BCA tidak mengungkapkan secara jelas mengenai
akuntansi lindung nilai. Jika instrumen derivatif sesuai dengan definisi
lindung nilai sebaiknya perusahaan mengungkapan setiap uraian jenis lindung
nilai tersebut. Diungkapkan bahwa entitas anak melakukan kontrak derivatif
untuk mengelola resiko perubahan nilai tukar valuta asing. Dari pengungkapkan
tersebut perusahaan berusaha untuk memimalkan resiko yang akan timbul, yang
mengarah ke tujuan lindung nilai. Perusahaan diharapkan dapat
mengklasifikasikan instrumen derivatif sebagai spekulatif atau lindung nilai
agar pengguna laporan keuangan tidak salah interpretasi dalam memahami
pengungkapan yang dilakukan perusahaan. PSAK 60 mensyaratkan entitas
mengungkapkan keberadaan fitur penerbitan instrumen yang mengandung komponen
liabilitas dan ekuitas dan instrumen tersebut memiliki beberapa derivatif
melekat yang nilainya saling tergantung satu sama lain. Perusahaan tidak
mengungkapkan adanya keberadaan fitur instrumen keuangan majemuk dengan
beberapa derivatif melekat. Pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, tidak ada
instrumen keuangan yang berpotensi menjadi saham biasa. Oleh karena itu, laba
per saham dilusian sama dengan laba per saham dasar. Dari pengungkapan
tersebut dapat diketahui bahwa tidak adanya instrumen keuangan yang mempunyai
karakteristik liabilitas dan ekuitas.
Penelitian ini
membahas mengenai penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
60 tentang pengungkapan instrumen keuangan. Bila dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya maka terdapat persamaan dalam pembahasan pengungkapan
instrumen keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Longgorung
(2015) yang dalam hasil penelitiannya menganalisis kesuaian pengungkapan instrumen
keuangan perusahaan dengan PSAK 60. Penelitian ini meneliti objek penelitan
PT. Bank Central Asia Tbk. Dibandingkan dengan penelitian ini, hasil
penelitian Pulumbara (2014) menjelaskan bahwa PT. Bank Central Asia Tbk telah
mengacu pada PSAK 50 dan PSAK 55, standar akuntansi mengenai isntrumen
keuangan. Terdapat persamaan bahwa objek yang diteliti telah mengacu dan
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengenai instrumen keuangan.
|
Kesimpulan
|
Kesimpulan dari
penelitian ini yaitu pengungkapan atas instrumen keuangan PT. Bank Central
Asia Tbk masih mengacu pada PSAK 60 Revisi 2010. Namun dari uraian pembahasan
yang telah dipaparkan, aset keuangan dan liabilitas keuangan, pengungkapan
lain serta sifat dan cakupan resiko yang timbul dari instrumen keuangan yang
diungkapkan dan disajikan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi
Komprehensif dan Catatan Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK 60 revisi
2014. Meskipun dalam hal pengungkapan mengenai gagal bayar dan pelanggaran,
dan akuntansi lindung nilai tidak diungkapkan akan keberadaannya maupun
penjelasan yang memadai dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Bank BCA.
|
Tanggapan
|
Pada pengungkapan laporan posisi keuangan BCA tidak
mengungkapkan adanya gagal bayar dan pelanggaran dari pinjaman yang diterima.
Bank menyajikan rincian fasilitas pinjaman yang diterima, yaitu jumlah
tercatat fasilitas jatuh tempo. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengungkapan
informasi keuangan berdasarkan PSAK 60 dalam hal gagal bayar dan pelanggaran.
Dan pada pengungkapan lain perusahaan tidak mengungkapkan adanya keberadaan
instrument lindung nilai. BCA mengungkapkan pada CALK, rincian jumlah
tercatat dan nilai wajar setiap kelompok aset keuangan dan liabilitas
keuangan hal ini tidak sesuai dengan pengungkapan informasi keuangan
berdasarkan PSAK 60 dalam hal akuntansi lindung nilai.
|
4. REVIEW JURNAL AKUNTANSI KOMPARATIF AMERIKA DAN ASIA
3. REVIEW JURNAL AKUNTANSI KOMPARATIF EROPA
Nama
Jurnal
|
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
|
Volume
|
Vol. 4 No. 2 Oktober 2015
|
Judul
Jurnal
|
Analisis Komparatif Kualitas Informasi Akuntansi dan
Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan International Finance Reporting Standard.
|
Nama
Penulis
|
Reni Hariyani dan Martini
|
Tanggal
Jurnal
|
Oktober 2015
|
Download
|
|
Tujuan
Penelitian
|
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis
serta membuktikan secara empiris apakah komparatif mengenai kualitas
informasi akuntansi dan kinerja keungan sebelum dan sesudah penerapan IFRS.
|
Metode
Penelitian
|
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
ICMD (Indonesia Capital Market Directory), laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, serta data penelitian ini dilakukan
pada perusahaan yang telah menerapkan IFRS yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2013 dengan jumlah sampel 7 perusahaan. Jenis penelitia
ini adalah penelitian event study
dengan menggunakan teknik analisis uji beda dengan uji Paired-Sample T Test.
|
Variabel
Penelitian
|
Variabel penelitian yang digunakan adalah Curret Ratio, Debt to Equity Ratio, Net
Profit Margin, Harga Saham dan Laba Akuntansi.
|
Hasil
Penelitian
|
Hasil penelitian pada pengujian paired samples correlations diperoleh hasil korelasi antara
variabel current ratio yang
menghasilkan anga 0,518 dengan probabilitas (sig) 0,233. Hal ini menyatakan
bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara
tidak nyata, karena nilai probabilitas >0,05, debt to equity ratio yang menghasilkan angka 0,990 dengan nilai
probabilitas (sig) 0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum
dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara nyata, karena nilai
probabilitas <0,05, net profit
margin yang menghasilkan angka 0,880 dengan nilai probabilitas (sig) 0,009.
Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS
berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas <0,05, Harga saham,
yang menghasilkan angka 0,722 dengan nilai probalitas (sig) 0,067. Hal ini
menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS
berhubungan secara tidak nyata, karena nilai probabilitas >0,05, Laba
akuntansi yang menghasilkan angka 0,990 dengan nilai probabilitas (sig)
0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan
IFRS berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas <0,05.
Hasil penelitian pada pengujian paired samples test diperoleh hasil T-hitung current ratio dengan nilai
probabilitas 0,338. Oleh karena probabilitas 0,338 > 0,05, maka Ho
diterima, yang berarti current ratio sebelum
dan sesudah penerapan IFRS adalah mean sebesar 1.3040 yaitu selisih rata-rata
current ratio sebelum dan sesudah
penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung debt to equity ratio adalah 0,355 dengan nilai probabilitas 0,735.
Oleh karena probabilitas 0,7735 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti debt to equity ratio sebelum dan
sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata. Dalam output
juga disertakan berbedaan mean sebesar 0,0882 yaitu selisih rata-rata debt
to equity ratio sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung
net profit margin adalah 1.218
dengan nilai probabilitas 0,269. Oleh karena probabilitas 0,269 > 0,05,
maka Ho diterima, yang berarti net
profit margin sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak
berbeda nyata. Dalam output juga disertakan berbedaan mean sebesar 1.320
yaitu sesilih rata-rata net profit
margin sebelum dan sesudah penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung
harga saham adalah 0,347 dengan nilai probabilitas 0,741. Oleh karena
probabilitas 0,741 > 0,05, maka Ho diterima, yang berrati harga saham
sebelum dan asedudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata.
Dalam output juga disertakan berbedaan mean sebesar 287,1514 yaitu selisih
rata-rata harga saham sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung
laba akuntansi adalah -0,897 dengan nilai probabilitas 0,0404. Oleh karena
probabilitas 0,404 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti laba akuntansi
sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata.
Dalam output juga disertakan berbedaan mea sebesar 1.3040 yaitu selisih
rata-rata laba akuntansi sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan
IFRS.
|
Kesimpulan
|
Kesimpulan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa berdasarkan
pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis perbedaan sebelum dan sesudah penerapan IFRS
pada tujuh perusahaan yang telah menerapkan IFRS menghasilkan kesimpulan
bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa penerpan IFRS
tahun 2012 tidak terdapat perbedaan pada kualitas informasi akuntansi yang
diproksikan dengan harga saham dan laba akuntansi. Serta tidak terdapat perbedaan
pada kinerja keuangan yang diproksikan dengan CR, DER, dan NPM pada periode
sebelum dan sesudah IFRS.
|
Tanggapan
|
IFRS telah diterapkan di Indonesia pada tahun 2012
meskipun pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan mengenai kualitas informasi
dan laba akuntansi dengan sebelum penerapan standarisasi tersebut. Tetapi
menggunakan standarisasi atau aturan umum yang dapat dipakai di seluruh dunia
akan lebih baik, ini berarti standar yang dipakai oleh negara Indonesia adalah
standar yang dipakai oleh negara-negara maju sehingga dapat dikatakan kualitas
informasi yang dihasilkan tidak jauh berbeda.
|
Langgan:
Catatan (Atom)