Pengertian
Penalaran
Penalaran mempunyai
beberapa pengertian, yaitu: (1) proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan suatu
simpulan, (2) menghubung-hubungan fakta aau data sampai dengan suatu sim-pulan,
(3) proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian baru. (4) dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran
dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan
menghubung-hubungkan variabel yang dikaji samppai menghasilkan suatu derajat
hubungan dan simpulan. (5) pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu
impulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Proposisi
Proposisi adalah
istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan
utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan,
disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah
pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika,
proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
1. Subyek, perkara yang
disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
2. Predikat adalah
perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3. Kopula adalah kata
yang menghubungkan subjek dan predikat.
Contohnya kalimat Semua
manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan
pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah
merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.
Jenis-jenis
proposisi:
1.
Bentuk
Dibagi menjadi 2, yaitu:
-
Tunggal: kalimat yang terdiri dari 1
subjek dan 1 predikat
Contoh:
Semua ibu menghasilkan asi
- Majemuk: Kalimat Proporsisi yang terdiri
dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
Contoh:
Semua orang yang ingin masuk surga maka harus rajin beribadah dan berbuat baik
kepada sesama
2.
Sifat
Dibagi menjadi 3, yaitu:
-
Kategorial: proporsisi hubungan antara
subjek dan predikatnya tidak ada syarat apapun
Contoh
: Semua kambing adalah herbivora.
- Kondisional: proporsisi yang hubungannya
subjek dan predikat membutuhkan persyaratan tertentu. Biasanya diawali :jika,
apabila, walaupun, seandainya
Contoh
: jika susi wanita maka akan menikah dengan rudi
- Kondisional dibagi menjadi 2, yaitu :
· Hipotesis yaitu dugaan yang bersifat
sementara.
Contoh
: Jika susi rajin belajar maka dia akan pintar.
· Disjungtif yaitu memiliki 2 predikat dan
predikatnya alternatif.
Contoh
: Wanita itu sudah menikah apa belum.
3.
Kualitas
Yang terdiri dari :
-
Afirmatif (+) : proporsisi dimana
predikatnya membenarkan subjek
Contoh
: Semua kucing pasti mempunyai ekor
-
Negatif (-) : proporsisi dimana
predikatnya menolak subjek
Contoh
: Tidak ada kucing yang tidak memiliki ekor
4. Kuantitas / Proporsisi Universal :
proposisi yang predikatnya mendukung atau mengingkari subjeknya
Contoh
: Tidak ada satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM.
Ciri-ciri
Penalaran
Berikut ini merupakan
ciri-ciri penalaran:
· Adanya suatu pola berpikir yang secara
luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
· Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis
pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara detail penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Logis,
suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang
secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
·
Analitis,
berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang
dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya
ke dalam suatu pola tertentu.
·
Rasional,
artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan
yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Tahap-tahap
Penalaran
Menurut John Dewey, proses penalaran manusia
dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
1. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk
adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal
yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian rasa sulit tersebut diberi
definisi dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang
berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara
rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti
(data).
5. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide
tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
Metode
Penalaran
Terdapat 2 metode
penalaran, yaitu metode induktif dan deduktif :
· Metode Induktif
Metode berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Ada 3 macam penalaran
induktif :
1.
Generalisasi
Merupakan penarikan
kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Generalisasi dibagi
menjadi 2 :
o
Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan
induktif
Fakta yang diberikan
cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh : Sensus
Penduduk.
Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan
memuai.
o
Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan
loncatan induktif
Fakta yang digunakan
belum mencerminkan $seluruh fenomena yang ada.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi
Merupakan penarikan
kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya
membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan
yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi
:
1.
Meramalkan kesamaan.
2.
Mengelompokkan klasifikasi.
3.
Menyingkapkan kekeliruan.
Dimas berbakat di semua bidang bisnis.
Cawi adalah pebisnis kuliner.
Oleh sebab itu, Cawi berbakat di semua
bidang hiburan.
3.
Kausal
Merupakan proses
penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola,
yaitu :
· Sebab ke akibat : Dari peristiwa yang dianggap
sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh
: Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
· Akibat ke sebab : Dari peristiwa yang
dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh
: Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
· Akibat ke akibat : Berpangkal dari suatu
akibat, dan langsung terpikirkan akibat lain, tanpa memikirkan sebab.
Contoh
: Anda baru saja melihat tanah dan dedaunan yang basah, dan Anda menyimpulkan
bahwa pakaian yang anda jemur diluar pasti basah. (Anda tidak menyebutkan bahwa
disebabkan oleh hujan).
·
Metode Deduktif
Penalaran Deduktif
adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat
dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif
terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Penarikan
kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari
dua premis. Dalam penarikan tidak langsung, Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus. Jenis
penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
1.
Silogisme Kategorial;
Silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi :
o
Premis umum : Premis Mayor (My)
o
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
o
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat
subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan
disebut term minor.
Aturan umum dalam
silogisme kategorial sebagai berikut:
o
Silogisme harus terdiri atas tiga term
yaitu: term mayor, term minor, term menengah.
o
Silogisme terdiri atas tiga proposisi
yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
o
Dua premis yang negatif tidak dapat
menghasilkan simpulan.
o
Bila salah satu premisnya negatif,
simpulan pasti negatif.
o
Dari premis yang positif, akan
dihasilkan simpulan yang positif.
o
Dari dua premis yang khusus tidak dapat
ditarik satu simpulan.
o
Bila premisnya khusus, simpulan akan
bersifat khusus.
o
Dari premis mayor khusus dan premis
minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme kategorial:
·
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn
: Badu adalah mahasiswa K : Badu lulusan SLTA
·
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn
: Socrates adalah manusia K : Socrates tidak kekal
·
My : Semua mahasiswa memiliki ijazah
SLTA.
Mn
: tidak memiliki ijazah SLTA K : Amir bukan mahasiswa
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis:
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis.
Konditional hipotesis
yaitu: bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
·
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn
: Air tidak ada. K : Jadi, Manusia akan kehausan.
·
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup
akan mati.
Mn
: Makhluk hidup itu mati. K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
3. Silogisme Alternatif;
Silogisme Alternatif:
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
·
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Mn
: Nenek Sumi berada di Bandung, K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
·
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Mn
: Nenek Sumi tidak berada di Bogor. K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
4. Entimen.
Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Mn : Dia menerima
hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
K : Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya
K : Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya
Syarat-syarat
Kebenaran dalam Penalaran
Jika seseorang
melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran
dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
o Suatu penalaran bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
o Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
Sumber
: