KOPERASI SUKSES DENGAN KUNCI KEBERHASILANNYA DAN DATA TINGKAT PENGANGGURAN TAHUN 1990 – 2013











TUGAS KELOMPOK SOFTSKILL
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
Andini Predita Sari (20213898)
Diah Kartika Sari (22213350)
Dwi Puspita Sari (22213694)
Ester Valentin (22213984)
Hasanah Yusriyah (23213968)
Saulina Bernadet (28213319)
Tia Ayu Ningsih (28213878)

Kelas : 2EB18

 
SALAH SATU KOPERASI DI INDONESIA YANG SUKSES DAN KUNCI KEBERHASILAN KESUKSESANNYA

Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) Bogor

                    Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) Bogor yang mendirikan SB Mart, Furnimart dan Mer Furniture. Hal ini dapat kita lihat pada jaringan minimarket SB Mart bertebaran di Jawa Barat. Total hingga saat ini ada 45 gerai yang tersebar di Bandung, Bogor, hingga kawasan Puncak. Ada juga toko mebel Mer Furniture dan Furnimart yang punya sembilan toko di Depok, Kuningan, dan Bandung. Omzet usaha ini juga cukup besar. Dalam sehari, satu gerai SB Mart bisa menghasilkan Rp 8 juta. Sebulan, keseluruhan minimarket tersebut menghasilkan Rp 9,6 miliar. Begitu juga dengan sembilan toko mebel yang omzetnya bisa mencapai Rp 1,3 miliar per bulan. Sehingga dengan demikian atas keberhasilan koperasi ini maka kesejahteraan anggota bertambah dan masyarakat umum pun merasakan manfaat positif dari pelayanannya tersebut.

  Keberhasilan bisnis KSB Bogor tidak bisa dilepaskan dari sosok Dasep Surahman, salah satu pendiri. Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) sekaligus perintis SB Mart dan Furnimart. Di tangan pria kelahiran Sukabumi, 6 Desember 1972 ini bisnis KSB semakin menggurita.

                Darah pengusaha memang mengalir pada bapak dua orang putri ini. Meski lahir sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Pak Mamad Akhmad, seorang pengusaha restoran di Sukabumi, dan Bu Atikah, Dasep tidak lantas mengandalkan kekayaan orangtua.Saya sudah berusaha sejak muda, ujarnya. Setelah lulus dari jurusan teknik industri di Universitas Islam Bandung (Unisba) pada 1996, ia memutuskan menikah dan tidak bekerja kantoran. Ia tidak ingin pulang ke Sukabumi, tapi ingin tinggal di Bandung. Berbekal uang pinjaman dari orangtua sebesar Rp 10 juta, pada 1997, Dasep merintis bisnis rajutan dan pakaian bersama istrinya, Reny Hermawati, di Kota Kembang. Ia menggunakan uang itu untuk membeli satu unit mesin jahit seharga Rp 3 juta, dan sisanya untuk belanja bahan baku kain.

                Bisnis pertama ini terbilang lancar. Dalam tempo tiga tahun, pelanggan sudah banyak. Tahun 2000, Dasep bisa membeli hingga 40 unit mesin rajutan. Karyawannya terus bertambah hingga mencapai 60 orang. Sayangnya, pada tahun 2001, Dasep salah memenuhi pesanan pakaian dari pelanggan. Sudah bisa ditebak, pelanggannya menolak pengiriman barang. Alhasil, ribuan pakaian menumpuk di gudang dan ia menanggung kerugian puluhan juta rupiah.

               Tak cuma itu, berhubung modal usaha banyak didapat dari pinjaman, Dasep harus memenuhi kewajiban. Saat itu merupakan masa habis-habisan. Untuk menanggung semua kerugian, ia harus melepas semua harta benda yang telah dikumpulkan selama beberapa tahun. Ia terpaksa menjual rumah dan mobil semua untuk membayar bayar utang. Saat simpanannya terkuras habis, Dasep masih harus menanggung istri dan dua anak berusia di bawah lima tahun. Ia bahkan pernah hanya memiliki uang Rp 3.000. Terdesak keadaan, ia memilih pulang ke rumah orangtuanya di Sukabumi. Namun, bersama orangtuanya, Dasep hanya bertahan sebulan. Prinsip ingin mandiri dan lepas dari bantuan orangtua mendorongnya bekerja lagi di Bandung.

   Pada tahun 2002, ia menjadi agen sebuah perusahaan asuransi. Pekerjaan ini hanya dijalani selama beberapa bulan lantaran tidak betah. Jiwa usahanya kembali muncul. Dasep berbisnis segala macam, mulai dari jual beli mobil sampai barang kebutuhan umum. Meski memiliki anak buah, ia tidak malu terjun ke lapangan. €œBagi saya, yang penting bisa menghasilkan makan dari usaha,€ tandas dia. Rupanya, semangat pantang menyerah itu membuahkan hasil. Tahun 2004, mantan mentornya di asuransi, Iwan Setiawan, mengajak mendirikan sebuah koperasi. Bak gayung bersambut, Dasep menerima tawaran itu. Ia merasa tidak ada motivasi khusus selain butuh pekerjaan tetap.

     Di usaha bernama Koperasi Sejahtera Bersama (KSB), Iwan menduduki posisi sebagai ketua, dan Dasep sebagai sekretaris. Di awal pendirian koperasi, ia ikut terjun ke lapangan mencari anggota. Tahun 2005, setelah anggotanya banyak, ia membesarkan unit usaha ritel dan perdagangan KSB. Tidak mau mengulang kegagalan di bisnis rajutan, Dasep merancang serius bisnis ritel. Melihat potensi besar bisnis minimarket, tahun 2005, ia bermitra dengan PT Indomarco Prismatama mendirikan 30 Indomaret. Pada tahun 2007, ia juga mendirikan jaringan minimarket mebel bernama Furnimart dan Mer Furniture. Lambat laun, usaha ini sukses dan berhasil memikat warga di Bandung, Kuningan, dan Depok.
        Namun, Dasep belum puas. Melihat pertumbuhan minimarket yang semakin besar, tahun 2010, Dasep mendorong KSB harus memiliki minimarket sendiri bernama SB Mart. Agar tidak kalah dari pesaingnya, SB Mart menerapkan harga khusus bagi anggota koperasi.

Kunci Keberhasilan Koperasi Sejahtera Bersama

a.   Capacity for hard work (Kemauan bekerja keras)
Sikap kerja keras yang merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang dan dalam pelaksanaannya terdapat satu unsur yang sangat penting serta mendukung sikap ini yaitu disiplin dalam menggunakan waktu.

b.   Getting Things Done With And Through People (Bekerjasama dengan orang lain)
Berprilaku menyenangkan bagi semua orang dan juga memiliki banyak teman baik kalangan atas ataupun kalangan bawah serta menghindarkan permusuhan merupakan kiat menjalin kerjasama dengan orang lain sehingga akan memudahkan dalam mencapai keberhasilan.

c.    Good Appearance (Penampilan yang baik)
Penampilan ini bukan berarti penampilan body face /muka yang elok atau paras yang cantik, akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku yang baik, jujur pada siapapun.
d.   Self Confidence (Yakin)
Self confidence ini diimplementasikan dalam tindakan sehari-hari dengan melangkah pasti, tekun, sabar, tidak ragu-ragu, memiliki keyakinan diri bahwa kesuksesan pasti akan diraih.
e.    Making Sound Decision (Pandai membuat keputusan)
Sikap memiliki pertimbangan yang matang dalam memilih alternatif pilihan dengan mengumpulkan terlebih dahulu berbagai informasi yang akurat merupakan langkah yang terbaik dalam membuat suatu keputusan dengan tidak ragu-ragu.
f.    College Education (Mau menambah ilmu pengetahuan)
Rajin mengembangkan wawasan dengan melakukan penambahan ilmu pengetahuan dengan cara mengikuti pendidikan tambahan yang berupa pelatihan, kursus, penataran, membaca buku dan lain sebagainya.
g.   Ambition Drive (Ambisi untuk maju)
Sikap memiliki semangat tinggi, mau berjuang untuk maju, gigih dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan dan mampu melihat ke depan dan berjuang untuk menggapai apa yang dicita-citakan.

h.  Ability to Communicate (Pandai berkomunikasi)
Keterampilan berkomunikasi dengan cara pandai mengorganisasi buah pikiran kedalam bentuk ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar dan mampu menarik perhatian orang lain, serta harus diikuti oleh perilaku jujur dan konsisten.


TINGKAT PENGANGGURAN

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomiankarena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
A.    Statistik Pengangguran
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja.
B.     Jenis Pengangguran

Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
·         Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
·       Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
·           Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9 macam:
·    Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik.
·            Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.
·         Pengangguran teknologi (Technology unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan.
·         Pengangguran kiknikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.
·         Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya pada bidang pertanian dan perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
·         Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran di saat pekerja yang hanya bekerja di bawah jam normal (sekitar 7-8 jam per hari).
·         Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara dikarenakan mempunyai aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi tidak menerima uang. Contohnya adalah anak sekolah (siswa) atau mahasiswa. Mereka adalah ahli pencari ilmu, tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan justru harus mengeluarkan uang atau biaya, misalnya harus membeli paket buku LKS atau membayar biaya kursus yang diselenggarakan oleh sekolahnya sendiri. Contoh lainnya adalah (misalnya) seorang pelatih pencak silat yang tidak meminta gaji dari organisasinya. Pengangguran tidak kentara ini, juga bisa disebut sebagai pengangguran terselubung.
·        Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja.
·              Pengangguran unik adalah pekerja yang menerima gaji secara rutin tanpa pemotongan, tetapi di tempat kerjanya hanya sering diisi dengan bercerita sesama pekerja karena minimnya pekerjaan yang harus dikerjakan. Hal ini disebabkan karena tempat kerjanya kelebihan tenaga kerja. Pengecualian untuk pegawai atau petugas pemadam kebakaran atau penanggulangan bencana alam. Pegawai atau petugas seperti demikian tenaganya harus disimpan dan dipersiapkan secara khusus jika ada pelatihan atau simulasi atau harus diterjunkan pada situasi sebenarnya.
C.    Penyebab Pengangguran

·         Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnyakemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
·         Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
·         Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efekpsikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.

D.    Akibat Pengangguran

Bagi perekonomian negara
1.     Penurunan pendapatan perkapita.
2.     Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3.     Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
4.     Dapat menambah hutang negara.
Bagi masyarakat
1.     Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2.  Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3.     Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

E.     Cara Mengatasi Pengangguran

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
Cara mengatasi pengangguran struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
·         Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
·        Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
·     Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
·         Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara mengatasi pengangguran friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·        Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
·        Deregulasi dan debirokratisasI di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
·         Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
·     Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
·  Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatanjalan rayaPLTUPLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara mengatasi pengangguran musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:
·         Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
·     Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara mengatasi pengangguran siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·         Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
·         Meningkatkan daya beli masyarakat.

DATA-DATA TINGKAT PENGANGGURAN TAHUN 1990-2013 DI INDONESIA

Grafik Tingkat Pengangguran Tahun 1990-2013






Diagram Tingkat Pengangguran Tahun 1990-2013










Referensi :







 

Welcome © 2010. Design By: SkinCorner | Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com