A. Pengertian Kewirausahaan
Kata kewirausahaan berasal dari kata entrepreneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang itu akan dijual. Wirausaha mengandung arti secara harfiah, wira berarti berani dan usaha berarti daya upaya. Kata wiraswasta berasal dari gabungan wira-swa-sta dalam bahasa Sansekerta. Wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri; swasta berarti "berdiri di atas kaki sendiri" atau dengan kata lain "berdiri di atas kemampuan sendiri". Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.
B. Karakteristik Kewirausahaan
1. Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha
karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement
motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif
berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor
dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan
oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh
tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya,
yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan
(security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan
akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori
Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan
sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang
(fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti
to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan
Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat,
atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan
penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan.
Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku
seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.
Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive”
sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk
membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991:
452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus
penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana
hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik
meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan
(3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek,
yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan
(2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan
keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting
dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut
akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator
dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun,
bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga
indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan
suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi
berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya
dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan
berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan
dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha.
Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang
berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan
pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan
maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 :
23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta
berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang
perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi
pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha
tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia
harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3. Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir
yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir
sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu enurutnya
kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau
berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam
buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku
“Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa
ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang
lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu
kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan
peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation isthe
ability to apply creative solutions to those problems ang opportunities
to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity involves
generating something from nothing. However, creativity is more likely to
result in colaborating on the present, in putting old things together
in the new ways, or in taking something away to create something simpler
or better”. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian,
yaitu :
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menurut Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise when
entrepreuneurs look at something old and think something new or
different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat
sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu
kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam
menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang
dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the
problems and to exploit opportunities that people face every day).
Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah.
Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah
itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses
berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1: Persiapan (Preparation)
Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)
Tahap 3: Transformasi (Transpormation)
Tahap 4: Penetasan (Incubation)
Tahap 5: Penerangan (Illumination)
Tahap 6: Pengujian (Verivication)
Tahap 7: Implementasi (Implementation)
4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit
yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar
berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang
terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu
dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle
(hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya
kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa?
cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang
memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan
semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan
berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan,
yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya
mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi
kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat
diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia
dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting
seperti: Dari manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah
aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?
Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:
1. digerakkan oleh ide dan impian,
2. lebih mengandalkan kreativitas,
3. menunjukkan keberanian,
4. percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,
5. melihat masalah sebagai peluang,
6. memilih usaha sesuai hobi dan minat,
7. mulai dengan modal seadanya,
8. senang mencoba hal baru,
9. selalu bangkit dari kegagalan, dan
10. tak mengandalkan gelar akademis.
Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan
orang-orang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai
rendah dapat (belajar) melakukannya.
5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
6. Mandiri atau Tidak Ketergantuangan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
7. Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
8. Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
9. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda
sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun prmasaran. Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.
10. Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang
wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.
11. Memiliki Kerampilan Personal
Wirausahawan Andal. Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.
Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
C. Faktor- Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
1. Faktor-faktor Yang Bisa Dijadikan Keberhasilan Wirausaha
Falsafah "DORAEMON", seperti yang dikemukakan Adyaksa Dault juga bisa dijadikan motivasi dan keberhasilan wirausahawan.
Faktor tersebut, yaitu:
Dream : semua berawal dari sebuah mimpi.
Opportunity : mencari peluang yang ada di sekitar kita.
Reform : menyusun perencanaan dan mengimplementasikan secara sistematis.
Action : mulailah melaksanakan dengan suatu tindakan.
Energy : harus memiliki semangat (energi) yang besar dan tinggi
Mapping : lakukan pemetaan usaha kita dengan analisis SWOT.
Organization : bergabunglah dengan suatu organisasi yang teratur.
Network : ciptakanlah jaringan (relasi) seluas mungkin.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam membuka usaha adalah pertimbangan antara pengalaman dengan spirit (semangat), energi, dan rasa optimis (keyakinan).
2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan.
Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
sumber: Firmansyah, Iman dkk. Tanpa Tahun. Kewirausahaan. Bandung: HUP
/http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 komentar:
Catat Ulasan